Cerita legenda singkat, siapa sebenarnya sosok Datu Pattojo ini?
Acara Mallekke’ Je’ra dan peresmian Museum Datu Pattojo, bertempat di Saoraja Pattojo Desa Rompegading telah usai.
Penulis akan mengangkat tentang cerita legenda singkat eksistensi Distrik Pattojo sebagai sebuah wilayah otonom yang dipimpin oleh seorang bergelar Datu.
Apa sebenarnya Mallekke’ Je’ra dan siapakah sosok dalam cerita legenda singkat Datu Pattojo ini?
Ritual Mallekke Je’ra kemarin adalah sebuah ritual memindahkan jasad leluhur kembali ke tanah kelahirannya. Datu Sumangerukka Patola Wajo, Datu Panangngareng Datu Pattojo, Datu Pancaitana Tenrijai Datu Pattojo.
Ketiganya selama ini dimakamkan di Makassar, karena sesuatu hal yang sifatnya mendasar dipindahkan di halaman Saoraja Pattojo. Secara hukum Islam sendiri, diperkenankan memindahkan makam dengan beberapa persyaratan.
Dalam beberapa literatur, sosok Datu Pattojo adalah seorang Raja yang memiliki kekuasaan di wilayah Distrik Pattojo pada zaman kerajaan. Dan yang menariknya, salah satu Datu Pattojo berdasarkan beberapa catatan sejarah memiliki kedekatan dengan Arung Palakka. Bahkan dalam catatan tersebut, sosok Datu Pattojo ini memiliki tingkat intelektual (menguasai beberapa bahasa) di atas rata rata sehingga menjadi orang kepercayaan Arung Palakka dalam melakukan berbagai negosiasi penting. Cerita legenda singkat ini sudah seringkali kita dengar dari para orang tua kita dahulu.
Pada 25 Desember 1660, Arung Palakka didampingi Arung Bila, Datu Patojjo, Arung Appanang bersama para pengikutnya sekitar 400 orang berhasil sampai di Pantai Palette. Arung Palakka di pantai ini bersumpah akan terus berjuang untuk membebaskan Bone dan Soppeng dari kekuasaan Makassar. Setelah bersumpah, berlayarlah Arung Palakka bersama para pengikutnya menuju wilayah Buton. Cerita legenda singkat perjuangan Arung Palakka dalam memperjuangkan Bone dan Soppeng ini sangatlah membekas di hati sanubari masyarakat.
Tak heran di Batavia, sekarang Kota Jakarta ada daerah yang dinamakan Kampung Petojo. Tempat inilah dulu yang diberikan kepada Datu Pattojo untuk menetap dan tinggal bersama pasukan bugis.
Namun sayang seribu sayang, sampai hari ini penulis belum menemukan catatan terkait siapa nama Datu Pattojo pada masa itu. Bahkan dalam cerita legenda singkat terkait sepak terjang Arung Palakka dalam memperjuangkan pembebasan Soppeng dan Bone tidak ada satupun nama yang bisa kami temukan yang terkait dengan sosok Datu Pattojo tersebut.